Senin, 04 November 2013

mereka yang selalu dipinggir

Mereka Yang Selalu Dipinggir



Siang itu cuaca sangatlah terik, namun karena sebelumnya hujah deras telah  mengguyur kota Purwokerto dan sekitarnya, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel itupun terlihat sangatlah becek, Mbah Karsem (52) bergegas ketika melihat truk sampah yang memasuki area. Bermodalkan keranjang, dengan memakai topi dan sepatu Mbah Karsem pun segera menghampiri dan berbaur dengan rekan-rekannya.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Gunung Tugel Kelurahan Kedungrandu kecamatan Patikraja ini memang tempat Karsem dan puluhan rekannya biasa mengais rezeki. bau busuk menyengat bukanlah sebuah halangan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Setiap hari sampah warga purwokerto mencapai 300 meter kubik, dan setiap hari pula sampah-sampah tersebut di buang ke TPA Gunung Tugel. TPA dengan luas 6,7 hektar ini ternyata telah menarik warga sekitar untuk mencari peruntungan. Setiap harinya ada sekitar 60-70 pemulung yang seperti jasad renik pengurai limbah terus memilah sampah plastik, kertas, dan benda-benda lain untuk didaur ulang.
Hasil mulungnya biasa dijual sama agen-agen pengepul sampah yang datang setiap seminggu sekali, pendapatannya pun berkisar Rp 80 ribu sampai Rp 100 ribu perminggunya. "yang penting bisa buat makan" tuturnya.
Selama lebih dari 25 tahun TPA Gunung Tugel ini beroprasi selama itu pula tempat sampah ini menjadi sandaran hidup banyak orang, seperti Mbah Rasem (60) yang menghabiskan masa tuanya mengais sampah plastik dan kertas untuk menyambung hidup, keterbatasan ekonomi anak sematawayangnya yang serba pas-pasan, menjadikannya harus menjalani hidup sebagai seorang pemulung tanpa menghiraukan kondisi fisiknya yang sudah rapuh. "meski penghasilannya tidak seberapa, yang penting tidak merepotkan anak", Ucapnya memelas.
Sementara Karyo (30) mengatakan bahwa sejak dijadikannya Tempat Pembuangan Akhir, tempat ini menjadi ladang untuk mengais rezeki warga sekitar. Karyo sendiri sudah 15 tahun menjalani profesi sebagai seorang pemulung dengan penghasilan rata-rata Rp 15 ribu - Rp 20 ribu perharinya. Menurutnya, kalau lagi musim kemarau pemulung yang mengais sampah bisa mencapai 150 orang lebih, tapi jika musim penghujan seperti saat ini, paling berkisar sekitar 60-70 orang saja. "jika musim kemarau pemulung lebih mudah mengais plastik dan kertas, makanya semua pasti akan berkumpul disini", Jelasnya.
Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel adalah salah satu potret kehidupan masyarakat yang mempertaruhkan hidup ditengah ancaman berbagai sumber penyakit yang terkandung didalam tumpukan sampah, perhatian pemerintah kususnya PEMKAB jelas sangat diperlukan, tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tapi juga bantuan kesehatan untuk para pengais sampah tersebut. //ipung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar